F16 TNI AU
Kebijakan modernisasi alat utama sistem senjata (alutsista) Tentara
Nasional Indonesia Angkatan Udara (TNI AU) terus bergulir. Salah satu
alutsista utama TNI AU yang sudah dan sedang berjalan, yaitu F16 A/B
Block 15 yang diikutkan program Enhanced Mid-Life Update (E-MLU) The
Falcon Structural Augmentation Rodmap (Falcon Star) atau Falcon Star
eMLU.
Setelah menjalani program ini, pesawat F-16 Block 15 nantinya memiliki kemampuan setara dengan F16 blok 72 baru. Setidaknya 10 unit F-16 penghuni Skadron Udara (Skadud) 3 lanud Iswahyudi Madiun, Jawa Timur, dimasukkan dalam program yang dirintis sejak 2017 ini.
Tujuan
Falcon Star eMLU secara keseluruhan adalah meningkatkan performa jet
yang didatangkan lewat proyek Peace Bima Sena I pada 1989 ini. Sebagai
tulang punggung TNI AU dalam menjaga wilayah udara NKRI, kesiapan
operasional F-16 memang perlu ditingkatkan guna mengimbangi kemajuan
alutsista di kawasan.
Selain teknisi Skadron Teknik (Skatek) 042
Lanud Iswahjudi, proyek ini juga melibatkan The Lockheed Martin Aero
selaku produsen pesawat, pemerintah Amerika Serikat (AS), PT Dirgantara
Indonesia (DI), dan Freight Forwarder (FF). Proyek ini dikerjakan di
hanggar Skadron Udara (Skadud) 3 Lanud Iswahjudi, Madiun, Jawa Timur,
dengan supervisi pegawai Lockheed Martin.
Kepala Staf Angkatan
Udara (KSAU) Marsekal Fadjar Prasetyo, menilai, program Falcon Star eMLU
merupakan keputusan tepat bagi peningkatan alutsista TNI AU. Hal itu
karena TNI AU mendapat keuntungan besar, yaitu peningkatan sumber daya
manusia (SDM), khususnya kemandirian teknisi dalam melaksanakan
pemeliharaan tingkat berat, dan bahkan hingga level pabrikan (factory level).
Fadjar
pun merasa bangga terhadap kemampuan para teknisi AU yang sudah
berhasil meluncurkan dua pesawat dari program Falcon Star eMLU. "Bangsa
Indonesia mampu meng-upgrade pesawat F-16 menjadi lebih
canggih setara dengan pesawat paling baru, yang mampu membawa
persenjataan rudal jarak jauh, dilengkapi radar, dan avionik terbaru,”
ujar Fadjar saat prosesi roll out ceremony F-16 di hanggar Skadud 3 Lanud Iswahjudi, Madiun, beberapa waktu lalu.
Tidak
hanya teknisi, Fadjar juga bangga dengan keterlibatan pilot dalam
proyek berkelas dunia yang menjadi momentum langka bagi kemajuan TNI AU
tersebut. Hal itu lantaran pilot yang menerbangkan F-16 Block 72 juga
melewati serangkaian tes, yang pengalaman tersebut tidak didapatkan
semua prajurit. "Demikian juga dengan terpenuhinya empat personel
penerbang yang telah memiliki kualifikasi tes pilot dalam program ini,"
ucap Fadjar.
Menurut Fadjar, Falcon Star eMLU bertujuan
meningkatkan kemampuan struktur pesawat, peningkatan usia pakai hingga
8.000 setara jam terbang, peningkatan avionik, dan sistem persenjataan.
Secara khusus, dia mengungkapkan, adanya peningkatan kemampuan radar,
sehingga pesawat dapat mengunci dan menembak empat target udara secara
simultan.
Kecanggihan itu tentu saja mendongkrak kemampuan F-16
dalam menghadapi situasi pertempuran udara. "Selain itu, peningkatan
kemampuan beyond visual range dan within visual range dengan advanced weapon juga telah menjadikan combat effectiveness pesawat ini meningkat signifikan,” kata Fadjar.
Kepala
Dinas Penerangan AU (Kadispenau), Marsekal Pertama (Marsma) Indan
Gilang Buldansyah, menambahkan, hingga kini, baru dua dari 10 pesawat
F-16 yang selesai menjadi serangkaian proses proyek Falcon Star eMLU.
Indan menuturkan, proyek itu belum dapat dipastikan tenggat selesainya,
lantaran pengerjaannya berlangsung hingga beberapa tahun ke depan.
"Rencana ada 10 pesawat yang di-upgrade,
yang sudah operasional dua pesawat bulan Agustus 2020. Pesawat ketiga
dan keempat rencana tahun ini (yang pesawat ketiga sudah hampir
selesai)," kata Indan kepada Republika, kemarin.
Dikutip dari laman resmi www.lockheedmartin.com,
Lockheed Martin menawarkan F-16 versi terbaru yang ada di pasaran
dengan memberikan teknologi mutakhir kepada TNI AU. Konfigurasi F-16
Block 72 mencakup radar Active Electronically Scan Array (AESA) canggih,
dan serangkaian infus teknologi avionik termasuk komputer misi dan
prosesor layar, layar resolusi tinggi 6x8 format besar, sistem
peperangan elektronik internal, jaringan data bervolume tinggi dan
berkecepatan tinggi.
Kemampuan operasional F-16 Block 72 juga
dilengkapi navigasi GPS presisi dan Sistem Penghindaran Tabrakan Tanah
Otomatis (Auto GCAS). Dengan kondisi seperti itu, diproyeksikan F-16 TNI
AU bisa terbang sampai 2040 atau lebih. Ketika Program Falcon Star EMLU selesai,
F-16 TNI AU bisa mengungguli pesaingnya dalam biaya siklus hidup, biaya
per jam penerbangan, dan tingkat ketersediaan pesawat tempur.
"Biaya
pengoperasian F-16 yang rendah 30-40 persen lebih murah dibandingkan
platform generasi keempat lainnya dan tiga sampai empat kali lebih murah
dibandingkan pesawat tempur bermesin ganda yang lebih besar," demikian
penjelasan Lockhedd Martin.
f16 TNI AU
Kemajuan penting
Kepala Proyek Falcon Star
eMLU, Kolonel Tek Jarot Sudarwanto menjelaskan, program Falcon Star eMLU
merupakan capaian kemajuan penting yang ditorehkan TNI AU. "Karena upgrade dan modifikasi yang diterapkan mampu meningkatkan kemampuan tempur pesawat dan memperpanjang service life pengabdian (F-16) sebagai detterence power dirgantara dalam menjaga wilayah nusantara," kata Jarot dikutip dari akun Airmen Dispenau.
Proyek
Falcon Star eMLU tidak hanya berfokus pada peremajaan rangka, performa
mesin, dan teknologi semata, melainkan juga memperhatikan kenyamanan dan
keamanan pilot F-16. Hal itu lantaran pilot merupakan menjadi aset
penting TNI AU, yang sulit digantikan.
"Seluruh pesawat F-16
menjalankan program penggantian dan penguatan dalam struktur rangka
pesawat guna menjamin performa dan keselamatan terbang. Modifikasi juga
dilakukan upgrade sistem radar, navigasi, layar kontrol sistem,
kelistrikan, dan perbaikan sistem lainnya," kata Jarot.
Manfaat
lain proyek ini adalah adanya peningkatan kualitas luar biasa SDM TNI
AU. Menurut Jarot, Falcon Star E-MLU dijalankan di hanggar Skadud 3
sehingga melibatkan teknisi Skatek 042 dan didukung staf Depo
Pemeliharaan (Depohar) 20 Lanud Iswahjudi. Keadaan itu tentu menjadi
keuntungan besar bagi matra yang mengusung moto Swa Bhuana paksa
tersebut.
"Di sini adalah awal F-16 dan kebetulan F-16 yang di-upgrade, sarangnya di sini. Di sini juga menghemat anggaran dan (terjadi) transfer of techonology kepada teknisi di Indonesia," ucap kepala Dinas Logistik Lanud Iswahjudi tersebut.
Saat ini, dua pesawat F-16 tail number TS-1610 dan TS-1601 sudah selesai menjalani program Falcon Star e-MLU. Dua pesawat yang kini diberi warna grey camouglage
(kamuflase abu-abu) tersebut kembali mengudara di langit Indonesia.
Perbedaan paling mencolok pesawat yang sudah menjalani program
peremajaan adalah memiliki keunggulan sistem avionik cukup signifikan.
Sehingga dalam melaksanakan operasi ke depan dapat menggunakan senjata modern yang memiliki kemampuan beyond visual range
dan memilik peluru kendali dengan jangkauan lebih 30 kilometer (km).
Selain itu, pesawat F-16 juga bisa membawa rudal dari udara ke udara
dengan jarak jangkau mencapai 60 nautical mile atau sekitar 110 km.
Sedangkan
rudal dari udara ke darat dilengkapi pemandu laser JDAM yang dapat
menghancurkan target dengan akurasi yang sangat tinggi. Didukung pula
tampilan kokpit yang lebih futuristik layar multifungsi yang sudah
berwarna dilengkapi kontrol radar dan APG 68 (V) 9 yang membuat
kemampuan indra penerbang memiliki jarak jangkau yang lebih jauh dan
mendeteksi lebih baik.
Pengamat militer Fahmi Alfansi Pane menganggap,
Falcon Star eMLU adalah program yang bagus untuk memelihara kesiapan
tempur TNI AU dan daya pertahanan negara secara keseluruhan di tengah
keterbatasan anggaran pengadaan alutsista yang baru. Terlebih, sambung
dia, sudah ada beberapa unit F-16 yang sudah tua telah mengikuti program
ini dan dirilis pada Agustus 2020.
"Sesuai namanya, Star eMLU
adalah structural Augmented Roadmap Enhanced Mid-Life Update, yang
berarti penyesuaian struktur pesawat Fighting Falcon (julukan F-16)
sehingga dapat memperpanjang usia pakai pesawat. Misalnya, struktur
rangka, avionik, sistem persenjataan, dan lain-lain," kata Fahmi saat
dikonfirmasi Republika.
Fahmi melanjutkan, selain berupa
peningkatan combat readiness dengan biaya lebih murah, keuntungan lain
adalah peningkatan kapasitas teknisi dan SDM TNI AU. Sehingga setelah
mengikuti program ini, mereka lebih memahami F-16 dan cara pemeliharaan
maupun perawatan pesawat.
"Keuntungan lain adalah peluang kerja
sama industri pertahanan dengan pabrikan Amerika Serikat, terutama
Lockheed Martin. Saya harap ada BUMN pertahanan Indonesia sebagaimana
industri pertahanan swasta dapat terlibat dalam program ini. Sebagian
komponen hendaknya dapat diproduksi di Indonesia," kata Fahmi.
Menurut
dia, keuntungan tambahan jika Indonesia ingin membeli F-16 seri baru.
Sehingga kapasitas SDM yang sudah meningkat dapat ikut memelihara dan
merawat pesawat. "Begitu pula industri Indonesia dapat menjadi bagian
rantai suplai jet tempur di masa depan. Peluang ini makin terbuka
seiring dengan perkembangan open system architecture antaralutsista dan antarmanufaktur," ujar Fahmi.
Sumber : Republika